Terminal Ubung, 11 February 2017.
“Pak saya sudah janji dengan teman saya disini” kalimat saya dengan suara tertahan di tenggorokan. Serak kekurangan air sejak pagi.
“Bruuaak” tangan bapak angkot menggebrak meja dengan air botol 1,5 liter pas ditengah meja antara saya dan teman saya. Kembali saya dengarkan kalimat paksaan yang sudah berulang kali saya dengarkan semenjak 30 menit lalu memutuskan duduk didepan Circle K.
Tangan saya mulai sedikit bergetar membuka aplikasi Uber di Handphone. Saya terhimpit karena wajah seram kedua bapak ini hanya mengincar wajah saya yang hampir dicakar-cakar. Teman-teman saya melihat dan berharap ada pertolongan.
Setidaknya pada hari itu saya sudah melakukan 3 hal bodoh diperjalanan saya.
Pertama, kebodohan yang sudah tertanam diwajah saya ntah sejak kapan. Wajah tanpa dosa sok berani saya ketika berbicara kepada sopir angkot ternyata malah jadi boomerang saya sendiri.
Ibu saya selalu bilang ke adik laki-laki saya dirumah. " Ajak mbakmu aja soale mbakmu mesti lebih berani ngomongnya. Ndang mbak anterin adekmu " Kalimat ini tak berubah semenjak adik saya masuk TK hingga sekarang ia sudah semester 5 diperkuliahan.
Ibu saya selalu bilang ke adik laki-laki saya dirumah. " Ajak mbakmu aja soale mbakmu mesti lebih berani ngomongnya. Ndang mbak anterin adekmu " Kalimat ini tak berubah semenjak adik saya masuk TK hingga sekarang ia sudah semester 5 diperkuliahan.
Tapi bagaimanapun juga bukan hal yang tepat untuk menjawab dan berbicara kepada dua sopir angkot ini, yang ada mereka malah makin marah.
Yaa Tuhan maafkan hambamu, beri petunjukmu. Keluarkan hambamu dari sini lewat perantaramu. Doa saya siang itu. Toh apa yang harus disesali, dalam kondisi apapun menjadi perempuan tetap harus kuat. Minta bantuan Tuhan adalah jawaban yang tepat. Setidaknya hal bodoh ini membuatku mengingat aku punya Tuhan.
Yaa Tuhan maafkan hambamu, beri petunjukmu. Keluarkan hambamu dari sini lewat perantaramu. Doa saya siang itu. Toh apa yang harus disesali, dalam kondisi apapun menjadi perempuan tetap harus kuat. Minta bantuan Tuhan adalah jawaban yang tepat. Setidaknya hal bodoh ini membuatku mengingat aku punya Tuhan.
Kebodohan yang kedua pada perjalanan hari itu.
Bukan saja saya sok berani sehingga mengudang ketertarikan mereka untuk mengajak duel. Hanya saja sama halnya dengan lelaki lain yang tak suka dengan penolakan. Mereka pun menolak untuk menyadari jika harga angkotnya tidaklah wajar.
Apalah kami pontang panting kerja untuk liburan tetap saja hanya bisa dengan budget minim. Saya baru sadar betapa bodohnya saya waktu itu, saya malah turun persis di depan angkot nge-tem. Seharusnya saya bisa turun sebelum terminal mencari tempat yang jauh.
Buka aplikasi Uber, naik , adem , nyaman dan yang pasti murah haha. Craps ! bentakan rewel mereka pas disebelah kanan telinga saya membuka lamunan saya kembali. Tapi lagi lagi saya nggak mau nyesel. Toh saya juga nggak tahu akan runyam seperti ini terlebih layaknya seorang perempuan yang berpikir jangka panjang. Suatu hari hal ini pasti akan berguna. Teman - teman saya yang akan pergi ke tempat yang sama tidak boleh mengalami hal yang sama.
Bukan saja saya sok berani sehingga mengudang ketertarikan mereka untuk mengajak duel. Hanya saja sama halnya dengan lelaki lain yang tak suka dengan penolakan. Mereka pun menolak untuk menyadari jika harga angkotnya tidaklah wajar.
Apalah kami pontang panting kerja untuk liburan tetap saja hanya bisa dengan budget minim. Saya baru sadar betapa bodohnya saya waktu itu, saya malah turun persis di depan angkot nge-tem. Seharusnya saya bisa turun sebelum terminal mencari tempat yang jauh.
Buka aplikasi Uber, naik , adem , nyaman dan yang pasti murah haha. Craps ! bentakan rewel mereka pas disebelah kanan telinga saya membuka lamunan saya kembali. Tapi lagi lagi saya nggak mau nyesel. Toh saya juga nggak tahu akan runyam seperti ini terlebih layaknya seorang perempuan yang berpikir jangka panjang. Suatu hari hal ini pasti akan berguna. Teman - teman saya yang akan pergi ke tempat yang sama tidak boleh mengalami hal yang sama.
Mencoba mengingat satu hal bodoh lagi pada hari itu. Menolak preman dengan ramah dan pura -pura tidak tahu akan pergi kemana salah satu hal paling bodoh yang pernah saya lakukan. "Preman kamfret" hardik saya dalam hati. Kalau saja saya tidak ingat kapal akan berangkat mungkin saya biarkan liburan saya di Circle K sampai besok. Biarkan, toh perempuan selalu tidak mau kalah. Namun saya tak begitu adanya, saya ingat teman-teman yang ingin sekali membuang penat. Saya turunkan kalimat-kalimat saya seperti menghadapi preman kantor. Deal ! Kita berangkat naik angkot yang sudah dinego sampai jongkok harganya tetap 2X lipat lebih mahal dari pada Uber ataupun Taksi.
Saya nggak nyesel keluar uang lebih. Kenapa ? karena waktu turun malah saya lebihkan lagi ongkos angkotnya. Tiba - tiba waktu itu saya jadi sok sabar ketika mengingat cerita novel ''99 Cahaya dilangit eropa'' dimana seorang pasha muslimah cantik jelita asal turki yang diperankan oleh Raline shah *Hatsah* membalas orang-orang yang membicarakan keislamannya dengan membayar tagihan makan mereka disuatu restaurant.
''Fix gak mau '' Saya balik meminta nomor Handphonenya dengan alasan setelah itu akan saya misscall - sampai tulisan ini dibuatpun tidak pernah saya hubungi. Lumayan sebagai kenang - kenangan perkenalan kami. hehe
Menarik banget cerita perjalanannya, apalagi realnya, pasti lebih seru lagi.
ReplyDeletekira-kira berapa budjet yang perlu dipersiapkan ya Bun?
Terima kasih dan salam kenal
Salam kenal juga :)
Deleteuntuk budget tergantung akan pergi kemana kak :)